Pusat Rehabilitasi YAKKUM didirikan pada tanggal 16 November 1982 dengan nama Proyek Rehabilitasi Bethesda atas prakarsa dari Colin McLennan dari Selandia Baru. Proyek ini didirikan untuk menolong penyandang disabilitas fisik yang ada di Indonesia dengan dukungan dana dari Persekutuan Gereja Presbyterian & Methodist di Selandia Baru.
Pendirian lembaga ini atas persetujuan Sidang Dewan Gereja Indonesia di Tomohan Sulawesi Utara. Pada awalnya, lembaga ini bernama Proyek Rehabilitasi Bethesda yang kemudian diampu langsung implementasinya oleh Rumah Sakit Bethesda. Dengan bantuan dana dari EZE pada tahun 1987 lembaga ini berhasil membangun gedung di Jl. Kaliurang Km.13,5, Besi, Yogyakarta diatas tanah seluas 9000 meter persegi. Dan pada tahun 1991 berganti nama dari Proyek Rehabilitasi Bethesda menjadi Pusat Rehabilitasi YAKKUM.
Program yang dikembangkan pada periode 1982-1994 lebih banyak membantu anak dan remaja penyandang disabiltas fisik agar mereka dapat mandiri secara fisik dan ekonomi. Pada waktu itu, kegiatan yang dilakukan masih sebatas rehabilitasi fisik dengan operasi, pelayanan klinik, fisioterapi, pendidikan, pemberian alat bantu dan kursus ketrampilan.
Pada periode 1996-2004 mulai ada perkembangan program okupasi terapi dan psikososial, sebagai bentuk jawaban terhadap kebutuhan penyandang disabilitas. Kemudian pada tahun 2007, selain masih mengimplementasikan program yang sudah ada, Pusat Rehabilitasi YAKKUM juga mulai banyak terjun ke program Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM). Program RBM ini lebih banyak dilakukan langsung di masyarakat sebagai bentuk edukasi terhadap masyarakat untuk dapat menciptakan rehabilitasi mandiri yang bersumberdaya masyarakat. Sejalan dengan program tersebut, Pusat Rehabiliatsi YAKKUM juga membangun sebuah program livelihood untuk penyandnag disabilitas sebagai salah satu upaya peningkatan pendapatan ekonomi penyandang disabilitas.
Pada tahun 2011, Pusat Rehabilitas YAKKUM juga mulai mengembangkan Program Pengurangan Resiko Bencana Inklusif. Program ini merupakan program edukasi kepada masyarakat serta penyandang disabilitas di dalamnya dalam mengurangi resiko bencana sekaligus sebagai ranah advokasi penyandang disabilitas untuk bisa ikut memiliki peran di dalam masyarakat. Kesemua perkembangan yang terjadi tersebut tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dari pihak pemerintah, non-pemerintah serta masyarakat sendiri.
Bowo merupakan penyandang disabilitas mental yang telah tinggal di Balai Rehabilitasi Sosial Bina Laras selama lebih dari empat tahun. Meskipun kondisinya telah stabil, Bowo masih belum mendapatkan penerimaan dari keluarga dan masyarakat. Proyek Open the Gate, yang didukung oleh CBM Global, memberikan peningkatan kapasitas untuk staf balai dan mendukung solusi praktis dengan menghubungkan program On the Job Training (OJT) di dalam balai dengan bisnis lokal, yaitu UD Sahabat, untuk menyediakan kegiatan produktif di luar balai. Program ini memberikan kesempatan bagi Bowo dan warga binaan lain untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang tidak hanya meningkatkan keterampilan dan persepsi diri mereka, tetapi juga mempromosikan integrasi mereka ke dalam masyarakat.
Pusat Rehabilitasi YAKKUM dan Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) University Australia mengadakan Simposium Ilmiah untuk membahas strategi dan inovasi dalam pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan lembaga dari Indoensia, Timor Leste, dan Kamboja. Simposium ini merupakan bagian dari proyek Digital Health Hub Rehabilitation (DHHR) yang bertujuan untuk mengintegrasikan inovasi teknologi dalam rehabilitasi dan diharapkan dapat menjadi forum untuk berbagi pengalaman, memperluas jejaring, dan mengembangkan praktik-praktik baik dalam pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
Bagaimana melakukan aksi bersama untuk memperjuangkan isu kesehatan jiwa? Pusat Rehabilitasi YAKKUM (PRY) telah menyusun Roadmap Strategi Advokasi Kesehatan Jiwa Berbasis Rehabilitasi Masyarakat yang Komprehensif, Responsif Gender dan Adaptif di DIY Tahun 2022-2024 secara partisipatif bersama Orang Dengan Disabilitas Psikososial dan aktor-aktor kunci lainnya. Di penghujung tahun 2022 yang lalu, PRY mengadakan workshop untuk mendiseminasikan peta jalan tersebut ke pihak yang lebih luas lagi, khususnya ke organisasi masyarakat sipil dan akademisi, serta mendorong adanya rencana aksi bersama sebagai tindak lanjut. Dengan kolaborasi yang semakin kuat, peta jalan tersebut diharapkan dapat semakin menjadi landasan kerja-kerja advokasi bersama untuk kesehatan jiwa yang selalu berbasis pada data dan kebutuhan orang dengan disabilitas psikososial, pendamping dan DPO sehingga dapat tepat sasaran dalam mendorong pemenuhan hak-hak orang dengan disabilitas psikososial.
Bertepatan dengan momen Piala Dunia dan Hari Disabilitas Internasional 2022 yang mengangkat tema Partisipasi Bermakna Menuju Pembangunan Inklusif dan Berkelanjutan, Pusat Rehabilitasi YAKKUM (PRY) dan Perhimpunan Jiwa Sehat (PJS-Imha) berkolaborasi dengan PSS Sleman mengadakan Fun Football bersama pemain PSS Sleman dan penyandang disabilitas mental yang tinggal di balai rehabilitasi sosial. Dengan mengangkat tagar #TendangStigma, kegiatan ini bertujuan untuk mengikis stigma negatif terhadap penyandang disabilitas mental dan memberikan ruang bagi mereka untuk dapat berpartisipasi penuh dan hidup di tengah masyarakat.