Barista Hebat di Atas Kursi Roda

Jumat, 01 Agustus 2025

Irvantoro terlahir dengan kondisi achondroplasia, sebuah disabilitas fisik yang menyebabkan pertumbuhan tulang menjadi tidak sama seperti orang pada umumnya. Meski demikian, Irvan adalah anak yang periang dan ia tumbuh dalam lingkungan yang penuh dukungan. Tidak ada cemoohan, tidak ada ejekan dari lingkungan dimana irvan tinggal justru keluarga dan teman-teman yang menerima dirinya dengan sepenuh hati.

Namun, saat pertama kali masuk sekolah dasar, Irvan sempat merasa tidak percaya diri. Di tengah teman-teman yang aktif dan penuh energi, ia sempat bertanya-tanya, “Apakah aku bisa seperti mereka?” Tapi Irvan memilih untuk tidak tenggelam dalam rasa rendah diri. Ia belajar untuk menerima dirinya, dan perlahan-lahan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa dirinya bisa.

Para guru di sekolahnya pun sangat berperan besar. Mereka memberi pemahaman kepada siswa siswi lainnya agar memperlakukan Irvan sama seperti teman-teman lainnya. Hasilnya, Irvan tak pernah merasa dikucilkan dan ia menjalani masa sekolah dasar dengan penuh semangat hingga akhirnya lulus dengan baik.

Namun, masalah datang saat ia hendak melanjutkan ke jenjang SMP. Beberapa sekolah menolak menerima Irvan, dengan alasan klasik: "kondisinya tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan sekolah." Penolakan demi penolakan membuat Irvan harus berhenti sekolah selama 1,5 tahun. Masa itu menjadi titik terendah dalam hidupnya. Ia kehilangan semangat, bahkan untuk sekadar bertemu orang lain.

Sampai akhirnya, sebuah momen sederhana mengubah segalanya. Suatu hari, rumah Irvan digunakan untuk kegiatan pengajian. Salah satu peserta, yang juga merupakan ketua yayasan pendidikan luar biasa di Desa Sendangadi, melihat potensi dalam diri Irvan. Ia menawarkan Irvan untuk melanjutkan sekolah di SMPLB dan SMALB milik yayasan tersebut. Awalnya Irvan menolak, tapi berkat dukungan dan doa dari orang tua, ia akhirnya kembali bersekolah dan berhasil menyelesaikan pendidikannya.

Tiga bulan setelah lulus, Irvan mendapatkan pekerjaan pertamanya di sebuah rumah makan. Sayangnya, tempat tersebut belum ramah disabilitas. Kursi roda Irvan sulit bergerak leluasa di area kerja yang sempit dan tidak aksesibel. Enam bulan kemudian, Irvan memutuskan berhenti.

Namun, Irvan tidak menyerah. Pada tahun 2019, ia menemukan informasi tentang pelatihan barista inklusi di Pusat Rehabilitasi YAKKUM (PRYAKKUM). Ia memberanikan diri untuk mendaftar dan akhirnya diterima. Dalam pelatihan selama 1,5 bulan itu, Irvan menemukan gairah pada dirinya tentang kopi. Ternyata, kecintaannya pada kopi bukan hanya soal minuman, tetapi tentang dunia kopi yang lebih luas. Mulai dari jenis biji, cara menanam, proses pasca panen, hingga teknik roasting dan cara menyajikan kopi dengan rasa yang istimewa.

Beberapa bulan setelah pelatihan, Cupable Coffee PRYAKKUM membuka lowongan pekerjaan untuk barista. Irvan memberanikan diri untuk melamar, dan akhirnya diterima.

Tantangan belum selesai. Meja bar tempatnya bekerja terlalu tinggi, menyulitkannya dalam menggunakan mesin kopi. Namun alih-alih menyerah, Irvan berdiskusi dengan manajemen dan memberikan masukan. Hasilnya? Meja bar disesuaikan, dan kini Irvan dapat bekerja dengan nyaman.

Bagi Irvan, menjadi barista bukan hanya tentang membuat kopi. Ini tentang membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi. Bahwa disabilitas tidak sama dengan ketidakmampuan. Bahwa teman-teman disabilitas bisa, dan mampu, jika diberi kesempatan dan akses yang setara.

 

"Bekerja bukan hanya terbelenggu dalam keterbatasan, tetapi bagaimana caranya kita menembus batas itu sendiri."

Irvantoro