Kisah Harjoko, Difabel Psikososial, Pulih dengan Penanganan yang Tepat dan Dukungan dari Lingkungan Sekitar
“Dengan pendampingan dan dukungan dari orang-orang disekitar, saya jadi lebih termotivasi untuk pulih. Saya bisa beraktivitas sehari-hari seperti biasa. Bantu-bantu di sawah, berternak entog, ikut kegiatan di RT dan juga dusun," (Harjoko, mitra dampingan dengan disabilitas psikososial).
Harjoko berusia 49 tahun. Dia adalah orang disabilitas psikososial (ODDP) yang tinggal di salah satu desa di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Harjoko anak ke 4 dari 7 bersaudara dan pertama kali mengalami gangguan Kesehatan jiwa pada tahun 1995. Gejala awal kondisinya muncul saat Joko memutuskan untuk meninggalkan keluarganya, tidak meneruskan sekolahnya dan menyusul ayahnya ke Palembang, Sumatra Selatan.
"Awalnya saya jadi ODDP tahun 1995 waktu di Palembang. Saya putus sekolah, kemudian menyusul bapak saya ke Palembang. Tapi, sama bapak malah ditinggal ke Jawa, akhirnya saya hidup sendiri. Awalnya tidak terasa, tahu-tahu saya tidak sadar selama beberapa bulan, dan sempat dirawat di RSJ Palembang,” katanya.
Mendengar kondisinya tersebut keluarganya lalu memutuskan untuk membawanya pulang kembali. Setelah berada dirumah, keluarganya cukup kesulitan untuk mencari kesibukan untuk memastikan agar Joko dapat berfokus pada hal-hal produktif. Hal ini karena pada saat itu pengetahuan tentang Kesehatan jiwa masih sangat minim, dan tidak ada kelompok dan kegiatan produktif yang dibentuk dilingkungan sekitarnya. Kondisi ini tentunya membawa pengaruh baginya dan Joko pun mengalami beberapa kali kekambuhan yang harus membuatnya harus dirawat di rumah sakit jiwa.
Pada tahun 2021 Harjoko menjadi salah satu mitra dampingan Pusat Rehabilitasi YAKKUM (PRYAKKUM). Salah satu kader yang sudah dilatih tentang Kesehatan jiwa mengusulkannya untuk dapat menerima pendampingan juga peningkatan pengetahuan melalui kelompok dan didorong untuk terlibat aktif dalam kelompok swabantu/Self-Help Group (SHG), sejak itu pria berusia 49 tahun ini berhasil pulih.
"Setelah mendapat pendampingan dari YAKKUM saya lebih termotivasi untuk sembuh. Saya bisa beraktivitas sehari-hari seperti biasa. Bantu-bantu di sawah, berternak entog, ikut kegiatan di RT dan juga dusun," kata Joko.
Dalam proses pendampingan dan keaktifan kelompok inilah Joko kemudia menerima berbagai pengatahuan tentang pentingnya minum obat, cara mengontrol diri, emosi dan perasaan. Karena kondisinya yang baik dan stabil, Joko pun menjadi salah satu mitra dampingan yang menerima dukungan start up kits dalam bentuk entog untuk diternakkannya. Dukungan penuh ini menunjukkan hasil yang baik. Selain aktif falam berbagai kegiatan dusun, Joko pun dapat mengembangkan usaha ternak entognya dengan bekerjasama mendukung usaha adiknya yaitu pemesanan makanan yang berbahan dasar daging entog.
Pengalaman Harjoko ini menunjukkan bahwa dengan adanya penananganan yang tepat dan adanya dukungan, tidak hanya dari keluarga namun juga dari lingkungan sekitarnya dapat membawa ODDP untuk pulih bahkan mampu untuk berkontribusi dalam kegiatan produktif, baik bagi dirinya sendiri juga bagi keluarga dan masyarakat. Yuk perhatikan lingkungan sekitar kita dan beri dukungan dan penerimaan orang dengan disabilitas psikososial. Karena siapa pun dapat mengalami kondisi tersebut.