Pemulihan Pasca Gempa Mamuju

Selasa, 26 September 2023

Pasca gempa yang terjadi di Mamuju Sulawesi Barat pada Januari 2021, YAKKUM Total Respon melakukan tanggap darurat hingga April 2021 untuk pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat terdampak gempa termasuk di dalamnya difabel dan lansia. YAKKUM Total Respon dikoordinatori oleh YAKKUM Emergency Unit yang melibatkan Pusat Rehabilitasi YAKKUM dan CD Bethesda. Juni 2022, Pusat Rehabilitasi YAKKUM melanjutkan respon dalam konteks pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa bagi penyandang disabilitas dengan judul proyek “Pemulihan Pasca Gempa bagi Penyandang Disabilitas di Kabupaten Mamuju”.

Lokasi proyek pemulihan difokuskan pada 2 desa yaitu Bambu dan Karampuang, serta 1 Kelurahan Mamuju. Terdapat tiga outcome dalam proyek ini yaitu:

  • Meningkatnya fungsi fisik dan sosial ekonomi yang produktif bagi 100 orang (difabel, orang yang berpotensi menjadi difabel termasuk keluarga mereka) melalui layanan terapi, pemberian alat bantu mobilitas dan pemberdayaan livelihood.
  • Meningkatnya  pengetahuan  dan  kesadaran  masyarakat  melalui  layanan rehabilitasi pada difabel, orang yang berpotensi menjadi difabel.
  • Meningkatkan  kebijakan  pemerintah  terkait  pembangunan  rumah  yang aksesibel untuk difabel dan lansia.

Menuju Kabupaten Mamuju Inklusif Disabilitas, merupakan semangat pembaruan dan pembangunan pasca gempa melanda. Proyek ini berkontribusi atas perwujudan komitmen Kepala Daerah untuk membangun Mamuju KEREN (Kreatif, Edukatif, Ramah, Energik, Nyaman) yang di dalamnya terdapat komitmen pembangunan yang ramah difabel terutama untuk pendidikan, infrastruktur, dan kesehatan.

Ringkasan Eksekutif Proyek Mamuju

Selama satu tahun pelaksanaan (Juni 2021–Juli 2022), proyek ini telah menjangkau 782 jiwa yang terdiri dari 185 difabel dan 597 non difabel. Difabel yang telah dijangkau terdiri dari 79 difabel perempuan, 105 difabel laki-laki.

Proyek  ini  telah  memberikan  potret  komprehensif  skema pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana kepada pemerintah terutama bagi difabel, caregiver dan orang yang berpotensi menjadi difabel. Dari berbagai referensi, didapatkan data bahwa difabel seringkali tertinggal dalam upaya-upaya pemulihan  pasca  bencana.  Program  yang  dijalankan  oleh pemerintah dan non-pemerintah secara umum masih  memfokuskan pada program-program fisik seperti pembangunan rumah pasca gempa, namun untuk penghidupan terutama bagi difabel belum menjadi prioritas.

Proyek ini menggunakan pendekatan kemitraan dengan organisasi difabel lokal yaitu GEMA Difabel.  Hal ini telah diapresiasi oleh pemerintah daerah serta kelompok difabel sendiri karena implementasi proyek berdasarkan hasil kajian kebutuhan difabel yang dikaji secara partisipatif (nothing about us without us) dengan tetap berdasarkan pada potensi dan konteks lokal.

Target Capaian Proyek Mamuju

Seluruh  target  capaian  telah  dicapai  dalam proyek ini yaitu adanya 498 layanan fisioterapi kepada 311 penerima manfaat, 468 layanan kinesioterapi kepada 292 penerima manfaat, meningkatnya keterampilan kinesioterapi pada 17 orang yang terdiri tenaga kesehatan, masyarakat umum dan difabel. Selain itu proyek ini juga telah mendistribusikan alat bantu kepada 27 difabel dan lansia, 77 difabel  dan  caregiver  telah  mendapatkan stimulus modal usaha dan telah menjalankan usahanya.

 

 

Capaian lainnya

Capaian lainnya adalah adanya ketrampilan deteksi dini pada 29 bidan desa dan kader desa dan telah melakukan deteksi dini pada 57 anak balita.  Terkait rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa, proyek ini telah membangun dua unit rumah prototype aksesibel bagi difabel serta ramah terhadap gempa.  Model pembangunan terdapat cakar ayam yang merekatkan struktur bangunan. Dua prototype rumah aksesibel bagi difabel yang telah dibangun menjadi perhatian bagi Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa Bambu. Karena rumah aksesibel yang dibangun adalah pertama kalinya di Mamuju.  Hal ini juga menginspirasi Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman Rakyat untuk mengembangkan perumahan atau pemukiman yang layak huni bagi difabel. Namun demikian pembangunan akses jalan masuk pada satu rumah difabel tidak dapat dilakukan karena persoalan lahan pekarangan yang tidak diijinkan dibangun oleh saudara penerima manfaat.

Capaian lainnya meski tidak ada di dalam target, proyek ini juga telah berhasil melakukan advokasi untuk pengadaan Kartu Jaminan Kesehatan  bagi  27  difabel dan SIM D bagi 3 difabel. Selain  itu pembentukan 3 Kelompok Difabel Desa (KDD) juga menjadi capaian diluar rencana proyek, serta uji aksesibilitas kantor Bupati yang dibangun kembali karena hancur terdampak gempa.

 

 

Hingga proyek ini selesai, tantangan yang dihadapi adalah komitmen dari tiga Puskesmas untuk memasukkan layanan kinesioterapi ke dalam layanan kesehatan  mereka. Hal ini disebabkan karena desain pelatihan tidak terlembagakan ke dalam struktur Puskesmas (tidak ada MOU, tidak ada surat penugasan dari Puskesmas untuk tenaga kesehatan yang mengikuti pelatihan).

Tantangan lainnya adalah karena durasi proyek dilakukan di masa pandemi COVID-19 dengan perkembangan angka yang cukup signifikan, maka pelatihan kinesioterapi dilakukan secara daring. Pelaksanaan secara daring tentu akan dipengaruhi oleh kualitas jaringan/signal serta kualitas penyampaian dan pemahaman peserta terhadap materi. Tantangan proyek yang menjadi perhatian oleh Dinas Kesehatan adalah belum adanya sistem rujukan yang dibangun dari hasil diteksi dini yang dilakukan di masing-masing Posyandu dan Puskesmas. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dokter rehab medik, terapis, serta kapasitas dalam penentuan intervensi tindak lanjut yang belum memadai. Namun demikian situasi ini akan menjadi peluang untuk pengembangan kinesioterapi selanjutnya sebagai layanan kesehatan alternatif dan inovasi.

Pembelajaran Utama dari Proyek Mamuju

Terdapat tiga pembelajaran utama dari proyek ini:

  • Pertama  adalah  proyek  ini  telah  memberikan  gambaran  bagi Pemerintah Daerah terkait skema pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi yang komprehensif bagi difabel. Aspek kesehatan, ekonomi, sosial, advokasi serta bangunan fisik rumah menjadi aspek yang disasar secara menyeluruh.
  • Kedua, internal PRY memiliki pengalaman dalam pengelolaan proyek pasca bencana yang komprehensif dan menjadi bagian dalam pengembangan desain program selanjutnya. Hal ini juga akan memperkuat modalitas dalam pengelolaan pengetahuan di PRY.

Konteks Situasi dan Desain Proyek

Deskripsi strategi Kunci dan Kegiatan

Kajian kebutuhan difabel pasca bencana pada saat masa darurat yang dilakukan oleh YAKKUM Emergency Unit (YEU), GEMA Difabel dan TRK Inklusi menunjukkan temuan kunci sebagai berikut:

  • Penyandang disabilitas dan lansia memiliki hambatan yang berbeda- beda akan memiliki kebutuhan khusus dalam situasi bencana (termasuk pasca bencana) yang tidak dapat diseragamkan satu dengan yang lainnya.
  • Kebutuhan mendesak bagi penyintas disabilitas dan lansia terkait alat bantu, terapi serta kebutuhan pribadi lainnya seringkali tidak terpotret dalam distribusi bantuan atau desain program pemulihan.
  • Distribusi bantuan baik dalam masa tanggap darurat, pemulihan dan rehabilitasi rekonstruksi seringkali meninggalkan prinsip kemudahan akses bagi penyintas termasuk disabilitas dan lansia.

Strategi Kunci dalam Proyek Mamuju

Temuan kunci tersebut menjadi dasar dalam penyusunan desain proyek pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Berdasarkan temuan kunci maka strategi kunci yang digunakan dalam penyusunan desain proyek tersebut adalah sebagai berikut:

Kemitraan dengan organisasi lokal

Bekerjasama  dengan  organisasi lokal merupakan strategi yang digunakan untuk keberlanjutan proyek. GEMA Difabel Mamuju merupakan organisasi difabel Mamuju yang menjadi mitra utama dalam proyek ini. Kemitraan dibangun dengan cara merekrut tiga orang anggota GEMA ke dalam tim proyek. Keterlibatan mereka dalam proyek ikut menentukan keberhasilan proyek, karena keberadaan GEMA telah diketahui pemerintah daerah dan masyarakat sebagai organisasi difabel. Keberhasilan proyek lainnya didukung dengan adanya hubungan komunikasi dan koordinasi yang dibangun GEMA dengan Pemerintah Daerah, pemerintah desa, puskesmas dan difabel di desa-desa.    Selain itu, kapasitas dari mereka menjadi meningkat melalui penyusunan rencana kegiatan, penyusunan kerangka acuan kegiatan, penyusunan laporan pertanggungjawaban kegiatan, serta menjalin komunikasi dengan pemangku kepentingan. Kapasitas yang meningkat ini diperlukan untuk membangun peran strategis GEMA di mata pemerintah daerah, serta menjadi modalitas untuk potensi keberlanjutan gerakan difabel dalam pemenuhan hak-hak difabel di Mamuju. Organisasi lokal lainnya dalam kemitraan adalah Yayasan Karampuang. PRY berkolaborasi untuk melatih dan menyusun alat kajian kebutuhan pemberdayaan ekonomi bagi difabel dan caregiver secara partisipatif bersama GEMA Mamuju. Yayasan Karampuang membuat alat kajian berdasarkan kondisi lokal seperti jenis atau ragam usaha dan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat Mamuju. Kini alat kajian tersebut menjadi aset bagi PRY dan dapat digunakan serta diadaptasi untuk pengembangan proyek lainnya.

Pengorganisasian

Pengorganisasian pada difabel di desa-desa dilakukan melalui pembentukan Kelompok Difabel Desa (KDD). Pengorganisasian  ini diperlukan sebagai pintu masuk dalam penyadaran hak-hak difabel, termasuk konsolidasi difabel di akar rumput untuk advokasi dalam mempengaruhi kebijakan. Dengan adanya pengorganisasian difabel, Pemerintah Desa karampuang telah menyusun program pemberdayaan ekonomi bagi difabel yaitu pelatihan pembuatan kerajinan untuk souvenir di lokasi wisata di Karampuang. Melalui KDD, assessment dan asistensi pemberdayaan ekonomi difabel dalam pemulihan pasca gempa juga lebih mudah dikoordinasikan.

Peningkatan Kapasitas

Peningkatan kapasitas merupakan modalitas dalam membangun keberlanjutan proyek. Dalam proyek ini peningkatan kapasitas dilakukan dalam bentuk workshop penyusunan alat assessment pemberdayaan ekonomi dan pengambilan data bagi anggota GEMA. Dengan memiliki pengalaman dalam penyusunan alat kajian, menjadi enumerator, dan entry data akan memberikan ruang bagi GEMA berpartisipasi aktif dalam pengembangan proyek dan dapat menjadi referensi dalam pengembangan program bagi GEMA. Hal lainnya adalah pelatihan kinesioterapi bagi tenaga puskesmas, gereja, dan anggota GEMA yang dimaksudkan agar nantinya kinesioterapi menjadi layanan kesehatan alternatif dan inovatif.

Pelatihan deteksi dini bagi bidan desa dan kader masyarakat juga dilakukan agar deteksi dan intervensi awal dapat dilakukan untuk mencegah adanya “kecacatan” atau impairment kondisi fisik.  Meski tidak dapat dipungkiri bahwa sistem rujukan belum dapat dilakukan karena keterbatasan tenaga dokter rehab medik, dokter spesialis tumbuh kembang anak serta terbatasnya kemampuan dalam melakukan diagnosa awal dan intervensi awal. Hasil dari penguasaan keterampilan dan pengetahuan adalah memungkinkan bagi orang-orang yang telah dilatih untuk melanjutkan dan atau mengembangkan program baik di GEMA, Dinas Kesehatan, Puskesmas serta di masyarakat.

Pengkajian Kebutuhan dan Potensi untuk Pemulihan Ekonomi

Pengkajian kebutuhan dilakukan oleh GEMA difabel berdasarkan alat yang telah disusun secara partisipatif bersama Yayasan Karampuang yang merupakan organisasi lokal di Mamuju.

Hasil kajian menunjukkan kondisi setiap individu yang memerlukan dukungan untuk pemberdayaan ekonomi, potensi yang dapat dikembangkan, serta yang tidak dapat masuk dalam kriteria penerima manfaat dikarenakan masuk dalam kategori tingkat ekonomi menengah ke atas. Adanya proses assessment dan pengkajian kebutuhan ini dapat menghindarkan subyektivitas dalam penentuan penerima manfaat.   Karena assessment dilakukan secara langsung door to door, melakukan wawancara, menghitung aset dan potensi yang dapat dikembangkan serta berkoordinasi dengan perangkat desa setempat agar dapat diketahui bersama.

Pemberdayaan Ekonomi

Pemberdayaan ekonomi diperlukan untuk memperkuat penghidupan difabel dan caregiver pasca bencana. Mengingat pemberdayaan ekonomi bagi difabel tidak menjadi program prioritas pada fase pasca bencana. Modal usaha diberikan dalam bentuk uang cash di dua tahap, bersifat stimulant sehingga bukan modal usaha yang utama. Oleh karena itu sebagian besar penerima manfaat merupakan difabel atau caregiver yang sebelumnya telah memiliki usaha dan terhenti/terhambat karena dampak gempa. Namun demikian, proyek ini juga menyasar seorang difabel Cerebral Palsy yang sebelumnya belum pernah memiliki usaha namun memiliki potensi untuk berwirausaha. Hal ini dilakukan untuk mendukung kehidupan difabel tersebut agar dapat memulai kehidupan yang mandiri. Seorang difabel yang mengalami Putus Hubungan Kerja (PHK) juga disasar, meski sebelumnya tidak masuk dalam kriteria karena statusnya masih bekerja dengan penghasilan di atas rata-rata. Namun karena terkena PHK dan tidak memiliki kesempatan lain untuk bekerja, maka stimulan modal usaha diberikan untuk memulai usaha bengkel yang merupakan keahlian dan ketrampilan yang telah dimilikinya.

Advokasi

Melalui proyek ini GEMA menggunakan strategi advokasi untuk pemenuhan hak-hak difabel melalui dinas sosial untuk pemenuhan kartu jaminan kesehatan PBI (penerima bantuan iur) serta kepemilikan SIM D yang diberikan secara gratis oleh Polres. Kebijakan yang dipengaruhi lainnya adalah terkait penyediaan aksesibilitas kantor Bupati Mamuju dan telah melibatkan GEMA untuk melakukan uji aksesibilitasnya. Di penghujung proyek, GEMA mempengaruhi Dinas Sosial melalui program Literasinya untuk memberikan pelatihan bahasa isyarat secara rutin serta melakukan bedah buku Fiqih Disabilitas.

 

Kontak kami

Kontak kami bila Anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai program Pemulihan Pasca Gempa Mamuju.

Kontak kami melalui:

Telepon: (0274) 895386
Email: support@pryakkum.org
Instagram: @pryakkum
Facebook: Pusat Rehabilitasi YAKKUM