Hardiyo membangun kebersamaan

Selasa, 13 Maret 2018

Bagi Hardiyo (51 tahun), bukan hal yang mudah untuk menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang penyandang disabilitas. Ia mengalami paraplegia pada tahun 1992 dan sejak saat itulah, ia memutuskan untuk menghabiskan waktunya di dalam rumah. Selama 20 tahun, Hardiyo menutup diri dari lingkungan sosialnya.

Di tahun 2012, Pusat Rehabilitasi YAKKUM (PRY) menginisiasi sebuah program pemberdayaan bagi penyandang disabilitas di wilayah Gunungkidul. Saat itulah, PRY bertemu dengan Hardiyo. Pertemuan inilah yang kemudian menjembatani Hardiyo untuk berkembang dan tidak menyerah pada keadaan.
Pendampingan yang dilakukan PRY dan usaha untuk berdaya yang dilakukan oleh Hardiyo akhirnya membuahkan hasil. Ia ditunjuk menjadi ketua DPO Mitra Sejahtera yang pada saat itu diinisiai pembentukannya oleh PRY sebagai wadah bagi penyandang disabilitas di wilayah Nglipar, Gunungkidul untuk meningkatkan kualitas hidup mereka melalui aktivitas produktif. Hardiyo memimpin 30 anggota dengan disabilitas beragam dalam DPO tersebut yang kemudian berubah namanya menjadi Pusat Pemberdayaan Disabilitas (PPD) Mitra Sejahtera.

Jiwa kepemimpinan Hardiyo pun semakin muncul dan kemampuannya dalam memimpin juga semakin terasah. Hal ini sejalan dengan keinginan kuat yang muncul di dalam dirinya untuk terus membantu pemberdayaan penyandang disabilitas. Ia pun berinisiatif untuk membentuk Aliansi DPO yang terdiri dari 7 DPO dan 6 kecamatan di Gunungkidul pada tahun 2013. Dengan terus bersinergi dengan pihak pemerintah, ia pun mendapatkan dukungan dan dorongan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul untuk memberuk Forum Komunikasi Disabilitas Gunungkidul pada tahun 2015. Forum ini terdiri dari 7 DPO dan 6 organisasi penyandang disabilitas lain ini berfungsi sebagai penghubung antara pemerintah atau pihak lain dengan organisasi disabilitas di tingkat kecamatan atau desa.

Hardiyo mengaku bahwa memimpin tiga organisasi dalam waktu yang bersamaan bukanlah hal yang mudah. Bahkan, kesibukannya dalam berorganisasi tidak membatasinya untuk memberdayakan penyandang disabilitas di tingkat desa. Tak disangka, hingga tahun 2016, ia berhasil membentuk organisasi penyandang disabilitas di 19 desa.

Sosok yang menginspirasi ini tak pernah lelah membantu penyandang disabilitas untuk berdaya. Meskipun tampak sulit, namun melalui keyakinan yang kuat dalam dirinya dan strategi yang ia terapkan, ia mampu menjadi sosok yang berpengaruh bagi peningkatan kualitas hidup penyandang disabilitas di Gunungkidul.

“Kuncinya (untuk memimpin organisasi penyandang disabilitas) adalah membangun kebersamaan dan terus memperkuat hubungan dengan pemerintah serta pihak lain.” ucap Hardiyo.

Memang benar, dengan melakukan kedua hal tersebut, ia mampu mendapatkan kesempatan bagi pemberdayaan penyandang disabiltas. Ia berhasil menyediakan kesempatan bagi anak-anak dengan disabilitas untuk mendapatkan pendidikan di sekolah inklusi atas dukungan dari Dinas Pendidikan. Selain itu, dengan pendekatan terhadap beberapa dinas, Ia pun berhasil mengirimkan banyak penyandang disabilitas untuk mengikuti pelatihan bisnis dan keterampulan, akses modal dan akses layanan kesehatan, termasuk penyediaan alat bantu.