Elin: Menepis Stigma, Merajut Harapan

Senin, 05 Mei 2025

"Saya bersyukur dikasih kesempatan pada saat itu untuk membuktikan bahwa saya bisa seperti orang lainnya (non-disabilitas psikososial). Sekarang saya lebih percaya diri dan sudah bisa hidup lebih mandiri". __Elin - penata gaya rambut dan pengurus komunitas Self-Help Group Bina Kasih

Elin adalah seorang perempuan dengan disabilitas psikososial dari salah satu desa di Nusa Tenggara Timur. Setelah mengikuti berbagai pelatihan dan pendampingan, ia kini bekerja di sebuah salon kecantikan di Kota Tambolaka. Pekerjaan ini tidak hanya memberinya penghasilan dan harapan baru, tetapi juga membantu menghapus stigma bahwa penyandang disabilitas psikososial dapat berdaya dan berkontribusi dalam masyarakat.

Sejak kecil, Elin dikenal sebagai sosok ceria dan aktif. Saat merantau ke Surabaya untuk bekerja, ia mengalami tantangan kesehatan mental yang membuatnya kembali ke kampung halamannya di Sumba Barat Daya untuk menjalani pengobatan. Namun karena kondisinya tidak membaik, Elin merasa frustrasi, kehilangan rasa percaya diri, dan mengurung diri di rumah. Ia pun kehilangan tujuan hidup. Lingkungan sosial di sekitarnya tidak membantu — malah justru membully, mengucilkan, dan mendiskriminasi Elin. Ketika kondisi psikososialnya memburuk, saudaranya bahkan memukul Elin karena menganggap ia bertingkah mengganggu.

Hidup Elin mulai berubah ketika ia bertemu dengan salah satu Community Organiser Yayasan Harapan Sumba yang merupakan mitra lokal Pusat Rehabilitasi YAKKUM (PRYAKKUM) melalui Program DIGNITY yang didukung oleh INKLUSI. Dengan pendekatan yang hangat dan penuh empati, Community Organiser tersebut membantu Elin membangun kembali kepercayaan dirinya, terhubung dengan komunitas, serta mendapatkan akses ke berbagai pelatihan dan dukungan sosial.

Melalui program DIGNITY, Elin aktif mengikuti pelatihan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM), diskusi advokasi hak perempuan penyandang disabilitas, serta bergabung dalam komunitas Self-Help Group (SHG) Bina Kasih. Keaktifannya membawanya menjadi pengurus komunitas, menunjukkan bahwa ia mampu berperan lebih besar dalam masyarakat.

Kepercayaan dirinya semakin tumbuh saat ia diberi kesempatan untuk tampil menyanyi di Gereja dan mendapatkan apresiasi dari jemaat, serta berbagi kisahnya kepada orang-orang terdekat. Melihat potensinya, tim Yayasan Harapan Sumba mitra PRYAKKUM mendorongnya untuk mengikuti pelatihan keterampilan tata kecantikan rambut di BLK Don Bosco.

Awalnya, Elin ragu dengan kemampuannya. Namun, dengan tekad dan dukungan yang kuat, ia berhasil menyelesaikan pelatihan dengan baik. Saat melamar pekerjaan di salon, ia dengan jujur mengakui kondisinya, sekaligus meyakinkan pemilik salon bahwa ia memiliki keterampilan dan dedikasi dalam bekerja. Kejujurannya membuat pemilik salon terkesan dan memberinya kesempatan untuk bekerja.

Perlahan tapi pasti, Elin mulai membangun reputasi sebagai penata gaya rambut yang berbakat dan ramah. Kini, ia memiliki banyak pelanggan setia dan tidak lagi merasa terkucilkan. Ia mendapat kesempatan untuk bekerja seperti masyarakat lainnya dan sedang menapaki lembaran baru dalam hidupnya.

Perjalanan Elin membuktikan bahwa dengan dukungan dan pendampingan yang tepat, serta dorongan keberanian yang kuat, masa lalu yang sulit bukanlah penghalang untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Dengan tekad yang kuat, Elin berhasil menepis stigma bahwa penyandang disabilitas psikososial juga mampu berdaya dan berkontribusi dalam masyarakat.

Kisahnya menjadi inspirasi bahwa setiap orang, tanpa terkecuali, berhak mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan impiannya.

 

Penulis: Tim Sekretariat INKLUSI